Jumat, 19 April 2013

Sabda Roh yang Hidup


Injil Yohanes 6:60-69

Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?"

Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?

 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?

Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya."
Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.

Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."

Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.(Mat
Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?"

Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah."

Renungan:

Sabda Yesus Kristus sungguh-sungguh adalah Roh yang hidup!
Pernyataan ini lahir dari pengalaman pribadi yang membuat imanku kepada Yesus Kristus semakin kokoh. Rasanya tidak ada kekayaan duniawi yang mampu menggantikan Roh Kristus di dalam diriku. Keyakinan ini tidak lahir secara mendadak, melainkan melalui proses pergumulan yang cukup panjang.

Tahun 1985 ketika tinggal di kota Makasar (waktu itu dikenal sebagai kota Ujungpandang), saya tertarik mengikuti misa Karismatik di sebuah gereja. Saya tertarik mengikuti kegiatan itu bukan untuk mendengar orang berbahasa roh, melainkan karena kotbah pastor membuat saya semakin terkesan akan keindahan dan kebenaran yang diajarkan oleh Yesus. Orang yang berbahasa roh waktu itu saya anggap sebagai sensasi untuk menarik perhatian orang.

Ketika tinggal di Jawa Tengah dan Yogya, mendengar karismatik saya merasa anti karena ibadat yang mereka bawakan terkesan hura-hura dan kurang mengindahkan ketenangan batin. Ibadat yang saya ikuti, saya hanya sekedar hadir tetapi batin saya tetap menolak gaya karismatik itu.

Tahun 2006 di Jakarta, adik ipar yang adalah seorang pastor SVD memimpin ibadat bersama di rumah, bukan misa. Setelah bacaan Injil kami menyanyikan lagu Alleluia, kami hanya beberapa orang, tetapi suara kami membahana dengan sangat indah. Suara saya ‘ter-bentuk’ sendiri dengan suara tenor yang tidak pernah saya latih sebelumnya. Suara yang keluar pun bukan suara asli saya dan berpadu indah dengan suara-suara yang lain. Saya kagum dan heran! Dari manakah suara lain di dalam diri saya tersebut?

Sejak saat itu, hampir di setiap kesempatan berdoa bersama, suara saya dapat berubah-ubah dalam berbagai bahasa yang saya sendiri tidak mengetahuinya. Saya berdialek seperti bahasa Tionghoa, Indian dan lain lagi yang sepertinya dari dunia lain. Pikiran dan perasaan saya semakin universal, terbuka terhadap setiap kebaikan manusiawi, tetapi tetap mengimani Allah Tritunggal sebagai kebenaran yang hakiki dan hidup.
Yesus Kristus tidak hanya hidup dalam pikiran dan perasaan sendiri secara sepihak, tetapi selalu terjadi dialog timbal balik. Dia tidak mati dan menghilang dari waktu dan sejarah manusia. Ia tetap hidup dalam bersama SabdaNya, seperti yang disabdakanNys, bahwa Ia akan tetap menyertai kita sampai akhir zaman.
***

1 komentar: