Minggu, 25 November 2012

Mempersembahkan Hidup Secara Total

-->



Injil Lukas 21 : 1 – 4

Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan.
Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.
Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.
Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."
Mother Theresa

Renungan:

Sumbangan seyogyanya diberikan secara sukarela tanpa paksaan, tetapi ada panitia tertentu yang mempunyai target dan mewajibkan suatu sumbangan, sehingga menjadi sumbangan wajib. Persembahan di Rumah Ibadat juga sukarela, kecuali bila ada target proyek tertentu, Dewan Paroki juga merasa perlu mewajibkan umat demi suksesnya proyek tersebut.

Sumbangan yang diwajibkan itu nilainya menjadi ‘relatif.’ Bagi sebagian umat, terutama yang berpenghasilan besar, menganggap nilai sumbangan itu kecil. Tetapi bagi orang sederhana, apalagi berstatus ‘janda miskin,’ nilai uang yang diwajibkan menjadi beban.
Dalam kutipan Injil di atas, Yesus mengangkat muka, memandang orang-orang yang memasukkan persembahan ke dalam peti persembahan. Yesus memuji si janda miskin, sebagai persembahan yang paling besar. Orang lain memberikan dari kelebihannya, sedangkan janda miskin memasukkan dari kekurangannya, bahkan mempersembahkan seluruh nafkahnya.

Tuhan tidak memandang persembahan dari besar kecil jumlahnya, melainkan dari kerelaan hati untuk memberi. Ada yang memberikan 10 juta dan namanya terdaftar sebagai donatur gereja, tetapi mungkin ia hanya mengambil sedikit dari ratusan milyar yang dimiliki. Sedangkan ada umat yang secara sembunyi dan malu-malu takut dilihat orang, memasukkan 10 ribu, tetapi itu mungkin seluruh hasil jeripayahnya mengumpulkan barang bekas sebagai pemulung.

Dan ada jutaan orang di dunia, secara total mempersembahkan seluruh hidupnya untuk Kerajaan Allah. Mereka meninggalkan kemewahan dalam keluarga, menyangkal diri terhadap semua jenis dan bentuk kenikmatan duniawi. Hidup mereka hanya untuk Tuhan saja. Mereka miskin dan serba kekurangan, tetapi persembahan mereka paling besar dalam pandangan Tuhan.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar