Injil
Yohanes 6:60-69
Sesudah mendengar semuanya
itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras,
siapakah yang sanggup mendengarkannya?"
Yesus yang di dalam hati-Nya
tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada
mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?
Rohlah yang memberi hidup,
daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu
adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak
percaya."
Lalu Ia berkata: "Sebab
itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku,
kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."
Mulai dari waktu itu banyak
murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.(Mat
Jawab Simon Petrus
kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah
perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu,
bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah."
Sabda Yesus Kristus sungguh-sungguh
adalah Roh yang hidup!
Pernyataan
ini lahir dari pengalaman pribadi yang membuat imanku kepada Yesus Kristus
semakin kokoh. Rasanya tidak ada kekayaan duniawi yang mampu menggantikan Roh
Kristus di dalam diriku. Keyakinan ini tidak lahir secara mendadak, melainkan
melalui proses pergumulan yang cukup panjang.
Tahun
1985 ketika tinggal di kota Makasar (waktu itu dikenal sebagai kota
Ujungpandang), saya tertarik mengikuti misa Karismatik di sebuah gereja. Saya
tertarik mengikuti kegiatan itu bukan untuk mendengar orang berbahasa roh,
melainkan karena kotbah pastor membuat saya semakin terkesan akan keindahan dan
kebenaran yang diajarkan oleh Yesus. Orang yang berbahasa roh waktu itu saya
anggap sebagai sensasi untuk menarik perhatian orang.
Ketika
tinggal di Jawa Tengah dan Yogya, mendengar karismatik saya merasa anti karena
ibadat yang mereka bawakan terkesan hura-hura dan kurang mengindahkan
ketenangan batin. Ibadat yang saya ikuti, saya hanya sekedar hadir tetapi batin
saya tetap menolak gaya karismatik itu.
Tahun
2006 di Jakarta, adik ipar yang adalah seorang pastor SVD memimpin ibadat
bersama di rumah, bukan misa. Setelah bacaan Injil kami menyanyikan lagu
Alleluia, kami hanya beberapa orang, tetapi suara kami membahana dengan sangat
indah. Suara saya ‘ter-bentuk’ sendiri dengan suara tenor yang tidak pernah
saya latih sebelumnya. Suara yang keluar pun bukan suara asli saya dan berpadu
indah dengan suara-suara yang lain. Saya kagum dan heran! Dari manakah suara
lain di dalam diri saya tersebut?
Sejak
saat itu, hampir di setiap kesempatan berdoa bersama, suara saya dapat
berubah-ubah dalam berbagai bahasa yang saya sendiri tidak mengetahuinya. Saya
berdialek seperti bahasa Tionghoa, Indian dan lain lagi yang sepertinya dari
dunia lain. Pikiran dan perasaan saya semakin universal, terbuka terhadap
setiap kebaikan manusiawi, tetapi tetap mengimani Allah Tritunggal sebagai
kebenaran yang hakiki dan hidup.
Yesus
Kristus tidak hanya hidup dalam pikiran dan perasaan sendiri secara sepihak,
tetapi selalu terjadi dialog timbal balik. Dia tidak mati dan menghilang dari
waktu dan sejarah manusia. Ia tetap hidup dalam bersama SabdaNya, seperti yang
disabdakanNys, bahwa Ia akan tetap menyertai kita sampai akhir zaman.
***
Hari-hari panas
BalasHapushari-hari dingin
hari-hari teh pahit