Jumat, 21 Desember 2012

Renungan Hari Ibu



KIDUNG MARIA
 Injil Lukas 1 : 46 - 56

Magnificat
Aku Mengagungkan Tuhan,
Hatiku bersukaria karena Allah, penyelamatku.

Sebab Ia memperhatikan daku,
HambaNya yang hina ini.

Mulai sekarang aku disebut: yang bahagia,
Oleh sekalian bangsa.

Sebab perbuatan besar dikerjakan bagiku oleh Yang mahakuasa;
Kuduslah namaNya.

Kasih sayangNya turun-temurun
Kepada orang yang takwa.

Perkasalah perbuatan tanganNya:
Dicerai-beraikanNya orang yang angkuh hatinya.

Orang yang berkuasa diturunkanNya dari takhta;
Yang hina-dina diangkatNya.

Orang lapar dikenyangkanNya dengan kebaikan;
Orang kaya diusirNya pergi dengan tangan kosong.

Menurut janjiNya kepada leluhur kita,
Allah telah menolong Israel hambaNya.

Demi kasih sayangNya kepada Abraham serta keturunannya
Untuk selama-lamanya.

Hatiku bersukaria
      
-->

Renungan: HARI IBU

Hari ini, 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Gereja secara istimewa merayakan pesta tersebut dan mengangkat bacaan Injil, dari Injil Lukas 1 : 46 – 56. Kutipan Injil ini merupakan tanggapan jiwa dan iman Maria, atas salam Elisabet saudara sepupunya. Elisabet di dalam kekuatan Roh ia berseru: “Diberkatilah Engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu…”

Kidung Maria menjadi sangat populer dan dinyanyikan secara meriah oleh Gereja dalam setiap ibadat sore. Kidung itu menjadi istimewa karena berisi ungkapan pujian seorang hamba yang merasa diri begitu rendah dan sederhana, namun mendapat tempat yang sangat istimewa dalam penyelenggaraan Allah. Dan hal itu terjadi bukan karena jasa Maria, melainkan oleh anugerah rahmat Allah semata-mata.

Peranan Maria, sebagai Bunda Tuhan, tetap menjadi perdebatan panjang yang tidak pernah ada titik temu. Karena orang menggunakan argumentasi logika ‘kedagingan’ manusiawi untuk mempertentangkannya dengan logika Wahyu Ilahi. Bagaimana manusia yang nafas hidupnya hanya dianugerahi 70 atau 80 tahun mau berdebat mempertentangkan Wahyu Allah yang abadi, Alva dan Omega; Awal dan Akhir Zaman?  

Tuhan menyesuaikan diri dengan keadaan ciptaanNya yang serendah-rendahnya. Dilahirkan di kandang hewan, hidup sebagai orang desa yang terpencil, wafat disalibkan seperti seorang penjahat. Tetapi dengan kerendahan itu Allah bergerak turun ke 'dasar'   kehinaan manusia dan mengangkatnya ke tingkat kemuliaan ilahi. Dan Maria dimampukan Tuhan, karena imannya yang total kepada kehendak Allah.

Marilah kita sebaiknya seperti Maria, mengakui diri sebagai hamba Tuhan yang tak berguna, dan membiarkan Tuhan sendiri berkarya atas diri kita. Bukan iman yang pasif, melainkan iman yang aktif terbuka dan mengikuti gerak Roh Allah. Iman yang merendah sebagai hamba; iman yang memuji, menyembah dan memuliakan Allah; iman yang bersyukur; serta iman yang bertobat, merendah serta memohon. Semoga kekuatan Allah memampukan kita untuk berkarya sesuai kehendakNya.

Dan pada hari yang istimewa ini, kita mendoakan ibu kita dan semua ibu di dunia yang oleh kasih karunia Allah, mendapat tugas melahirkan dan membesarkan anak-anak. Semoga mereka mendapatkan pahala rahmat Tuhan, baik selama hidup di dunia maupun hidup di akhirat sesudah kematian.
                                  ***
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar