Selasa, 29 Januari 2013

Firman Allah dalam 'Ladang' Hati Manusia



Injil Markus 4:1-20

Benih tumbuh di tanah subur
Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu.
Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka:
Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah.
Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat."
Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu.
Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun."
Lalu Ia berkata kepada mereka: "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain?
Penabur itu menaburkan firman.
Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.
Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.
Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat."

Renungan:

Iblis semakin giat bekerja melalui cerita dan fakta-fakta palsu berdasarkan rekaan manusiawi belaka. Kebenaran firman Allah diselewengkan dengan kisah-kisah palsu yang dengan sengaja dihubung-hubungkan dengan peristiwa alam serta perilaku manusia. Kebenaran firman Allah diselubungkan bahkan dibelokkan seakan menjadi kebenaran. Iblis, raja segala dusta mengobok-obok hati dan pikiran manusia. Mereka yang mengaku pintar dan kaya tetapi imannya tidak mendalam akan dengan mudah meninggalkan imannya dari Jalan Yang Benar dan lari mengikuti iblis raja dusta.

Perikop Injil Markus tentang Perumpamaan seorang penabur benih dan penjelasan Yesus sungguh menerangkan banyak fenomena yang terjadi dewasa ini. Humanisme lebih didewa-dewakan yang melahirkan sekularisasi dalam berbagai bidang kehidupan. Orang dibaptis menjadi Kristen tetapi dengan mudah berpindah agama, karena Firman Allah dalam hatinya ibarat benih yang jatuh di pinggir jalan. Burung-burung segera memakannya.

Ada benih Firman yang ada di dalam hati orang yang takut kepada penindasan dan penderitaan. Bila iblis datang dengan pedang dan senjata, mereka takut dan berpindah agama demi keselamatan hidupnya. Dan firman yang tumbuh di tengah semak duri juga kerdil karena terus terhimpit semak duri dan batu. Iman mereka gersang, kerdil dan tidak berbuah.  

Bagaimana merawat hati supaya menjadi subur dan membuahkan kebajikan untuk kebaikan sesama? Pertama, tetap berpegang teguh pada Injil yang diwartakan oleh Yesus Kritus dengan ajaran dan perbuatan. Yesus tidak mengajarkan kejahatan dan pembunuhan, melainkan sebaliknya; cinta kasih.

Kedua, mencintai dan menyembah Tuhan Allah dengan segenap hati, dengan segenap pikiran dan dengan segenap tenaga. Duapuluh empat jam dalam sehari, berapa jam yang disiapkan untuk menyembah, memuji, memuliakan dan  bersyukur kepada Tuhan? Dan juga mengadakan komunikasi serta mengajukan permohonan kepada-Nya?  

Ketiga, mencintai sesama manusia seperti mencintai diri sendiri. Kalimat itu gampang-gampang susah dipraktekkan. Egoisme dan individualisme melilit manusia sehingga sesama dipandang sebagai musuh yang harus dilawan. Persaingan bahkan dilihat sebagai hal positif yang sehat untuk menyuburkan nafsu-nafsu yang lain. Kemajuan dicapai seseorang dengan cara mengalahkan yang lain di dalam persaingan. Padahal ada cara yang lebih bermoral dan manusiawi.
***  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar