Rabu, 05 Desember 2012

Pondasi Hidup yang Kokoh



Injil Matius 7 : 21, 24 – 27

Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.


Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.


Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.


Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
-->

Refleksi:

Dua orang bersaudara, beragama Katolik dan keduanya juga mempunyai jabatan penting di dalam gereja dan juga di masyarakat. Boleh dikatakan bahwa kedua orang bersaudara ini sukses secara rohani dan jasmani. Tetapi apa yang terjadi dalam kenyataan praktek hidup berkeluarga? Mereka sering berselisih faham sampai berurusan dengan RT, RW dan juga pihak keamanan.

Kutipan Injil Matius di atas, menegaskan sikap Yesus terhadap pernyataan beriman dan praktek konkret dalam hidup sehari-hari. Bukan jabatan gerejawi yang akan menyelamatkan, atau bukan pernyataan sebagai orang Katolik yang ditampakkan dalam hidup menggereja saja, tetapi juga harus dipraktekkan di dalam hidup sehari-hari. Dan praktek hidup sebagai pengikut Kristus tidak cukup dengan rajin berdoa saja melainkan juga mewujud di dalam sikap hidup dalam keluarga dan masyarakat.

Sebab bagi Yesus, bila hanya ada satu hal yang lebih diprioritaskan dan mengabaikan yang lain, itu ibarat mendirikan rumah permanen di atas pasir. Rumah itu akan mudah goyah dan hancur. Tetapi bila beriman Katolik yang sungguh dihayati dan dilaksanakan secara konsekuen dalam hidup berkeluarga, bertetangga dan bermasyarakat, itu hidup yang sungguh kokoh, ibarat mendirikan rumah di atas dasar batu. Badai, hujan deras dan banjir tidak akan mempengaruhinya.

Marilah kita meletakkan iman pada dasar yang kuat, yaitu pada Allah melalui Yesus Kristus dan mewujudkannya di dalam hidup mengereja dan memasyarakat. Iman kita adalah iman yang membawa damai, bukan iman yang goyah dan mudah hancur oleh egoisme dan kesalahpamanan yang berdampak pada kehancuran. 
***
  





-->

Tidak ada komentar:

Posting Komentar